Siapa yang tidak kenal dengan Bandung. Salah satu kota besar di Indonesia dan juga dikenal harum namanya di dunia. Letaknya yang berdekatan dengan ibukota, membuat semua yang terjadi di Bandung tak lepas dari sorotan media. Bagi saya Bandung seperti Jakarta. Sebuah kota besar dengan segudang daya tarik dan sekaligus banyak masalah di dalamnya.
Tak hanya namanya saja yang tenar, Bandung mempunyai kekayaan kuliner yang dikenal di seluruh nusantara. Sebut saja misalnya brownies kukus Bandung, siomay Bandung. Lalu ada cireng yang resepnya sempat booming di group kuliner yang saya ikuti. Dan tidak ketinggalan juga ada peuyeum, yang menjadi ikon kota Bandung.
O ya, selain kuliner ada lagi produk Bandung yang juga terkenal se-Indonesia. Kalau yang satu ini tidak enak tapi seru. Pecinta bola pasti tidak asing lagi dengan tim satu ini. Apa lagi kalau bukan Persib Bandung dengan prestasi dan bobotohnya itu.
Ngomong-ngomong tentang Bandung, saya pernah sekali berkunjung ke Kota Kembang ini. Waktu masih kuliah di Akademi Keperawatan, kampus saya mengadakan studi ke Bogor dan Bandung. Dan bersama studi wisata ini rombongan kami mampir ke beberapa tempat di Bandung. Bagi saya yang agak kuper (=kurang pergaulan ), piknik ke Bandung waktu itu sudah berasa paling jauh. Karena sebelumnya saya belum pernah bepergian jauh sampai ke luar Yogya atau Jawa Tengah.
Studi wisata kami sebenarnya dimulai dari Bogor. Kami mengunjungi RS Jiwa Bogor, lalu mampir sebentar ke Kebun Raya Bogor dan setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Bandung.
Menuju Bandung bis kami melewati kebun teh yang asri dan sejuk. Tadinya rombongan kami berencana mengunjungi Observatorium Bosscha di Lembang. Tapi dengar-dengar dari panitia jadwal kedatangan kami tidak pas dengan jam buka untuk pengunjung, jadi agenda ke Bosscha terpaksa dibatalkan. Padahal saya sangat mengharapkan bisa melihat seperti apa teropong bintang raksasa itu.
Di Bandung kami mengunjungi Akper Otten dan pabrik vaksin Biofarma ( atau Indofarma ya, agak lupa saya, he ). Akper Otten adalah Akademi Perawatan di bawah naungan Departemen Kesehatan. Karena terletak di jalan Dr Otten, maka kemudian lebih familiar disebut Akper Otten. Di Akper Otten tugas kami adalah mempresentasikan makalah di depan teman mahasiswa Akper Otten, sedangkan di Bio Farma kami melihat proses pembuatan vaksin.
Di Bandung kami mengunjungi Akper Otten dan pabrik vaksin Biofarma ( atau Indofarma ya, agak lupa saya, he ). Akper Otten adalah Akademi Perawatan di bawah naungan Departemen Kesehatan. Karena terletak di jalan Dr Otten, maka kemudian lebih familiar disebut Akper Otten. Di Akper Otten tugas kami adalah mempresentasikan makalah di depan teman mahasiswa Akper Otten, sedangkan di Bio Farma kami melihat proses pembuatan vaksin.
Cibaduyut dan Cihampelas adalah tempat wisata yang kami singgahi waktu di Bandung. Di sini saya lebih banyak lihat-lihat daripada belanja. Maklum waktu itu masih mahasiswa, jadi uang sakunya dihemat betul. Bersyukur masih bisa beli dodol untuk oleh-oleh.
Selain Cibaduyut dan Cihampelas, kami juga mampir ke Pasar Baru. Ada cerita waktu kami ke Pasar Baru. Beberapa teman kami yang belanja ke pasar ada yang tidak segera kembali ke bis, entah tersesat atau apa. Akhirnya salah satu panitia turun mencari dan bersedia ditinggal oleh rombongan. Kebetulan dia memang asalnya Jawa Barat, jadi kami tidak khawatir meninggalkan dia di Bandung. Akhirnya teman-teman kami itu kembali ke Yogya naik kereta api dengan selamat tanpa kurang suatu apapun.
Perjalanan studi wisata kami di Bandung, Jawa Barat diakhiri di Pantai Pangandaran. Setelah menunggu sunset di Pangandaran kami bertolak kembali ke Yogyakarta.
Setelah studi wisata itu saya belum pernah lagi pergi ke Bandung dan hampir tak pernah update berita tentang Bandung. Hingga beberapa waktu lalu saat kota Bandung mempunyai walikota baru.
Iya, betul, maksud saya adalah pak RK, he.
Gara-gara sosok pak wali yang tenar dan sering muncul di media ini saya banyak membaca berita tentang Bandung. Katanya beliau ini basic pendidikannya seorang arsitek dan ingin merubah Bandung menjadi bersih dan akan menghilangkan imej bahwa Bandung adalah kota lautan sampah.
Perjalanan studi wisata kami di Bandung, Jawa Barat diakhiri di Pantai Pangandaran. Setelah menunggu sunset di Pangandaran kami bertolak kembali ke Yogyakarta.
Setelah studi wisata itu saya belum pernah lagi pergi ke Bandung dan hampir tak pernah update berita tentang Bandung. Hingga beberapa waktu lalu saat kota Bandung mempunyai walikota baru.
Iya, betul, maksud saya adalah pak RK, he.
Gara-gara sosok pak wali yang tenar dan sering muncul di media ini saya banyak membaca berita tentang Bandung. Katanya beliau ini basic pendidikannya seorang arsitek dan ingin merubah Bandung menjadi bersih dan akan menghilangkan imej bahwa Bandung adalah kota lautan sampah.
Saya baru tahu juga kalau Bandung punya julukan Bandung lautan sampah. Waktu dulu saya ke Bandung, kotanya terlihat bersih dan rapi. Tapi mungkin itulah dampak perkembangan kota besar dengan gaya hidup masyarakat yang semakin modern menjadikan sampah selalu menjadi masalah di kota-kota besar di manapun. Saya termasuk orang yang berharap besar bahwa pak RK mampu mengubah Bandung menjadi kembali indah dan bersih.
Itu sekilas cerita saya tentang Bandung. Suatu saat nanti kalau saya ada kesempatan pergi ke Bandung, saya pengen borong oleh-oleh yang banyak. Secara dulu pas waktu piknik itu beli oleh-olehnya secukupnya. Dan tentu saja pengennya mencicipi kuliner Bandung langsung di tempatnya. Hmm, semoga saja ...
saya dulu waktu ke badnung pernah beli brownies atau bolu salju. saljunya ada kepanjangannya, tapi saya lupa :(
ReplyDeleteSampai sekarang belum pernah makan peuyeum, itu semacam tape bkn ya?
ReplyDelete