Bagi penyuka rawon, kluwak mungkin sudah tidak begitu asing lagi. Namun bagi sebagian orang yang jarang berkutat di dapur mungkin tidak begitu mengenal jenis buah ini. Bernama latin "Pangidum edule" biji buah ini sangat populer di Jawa Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya. Di daerah lain kluwak dikenal dengan nama Pangi ( Bali ), Picung ( Sunda ) atau Pucung ( Betawi ). “Kepayang” adalah sebutan kluwak di masyarakat melayu, seperti di Minangkabau. Dari nama inilah muncul istilah ’mabuk kepayang’ , karena ketika buah ini masih muda/mentah akan menyebabkan pusing ( mabuk ) bagi yang memakannya.
Mungkin hanya sedikit orang yang tahu bahwa kluwak yang masih muda beracun karena mengandung asam sianida. Dan bukan hanya biji buahnya saja, namun semua bagian tanaman ini dari daun, kulit kayu dan bijinya mengandung asam sianida dalam konsentrasi tinggi yang dapat mematikan hampir semua spesies hewan hanya dalam beberapa menit setelah memakannya.
Kluwak yang kita konsumsi sehari-hari sudah mengalami proses fermentasi terlebih dahulu. Para petani sudah mengolahnya terlebih dahulu sehingga aman dikonsumsi. Buah kluwak yang sudah matang dan jatuh dari pohon dibiarkan basah oleh air hujan selama sebulan atau direndam dalam air mengalir selama sekitar 2 minggu. Dengan cara ini racun sianida akan hilang.
Mungkin sulit menggambarkan bagaimana sebenarnya rasa kluwak ini. Buah ini berasa agak pahit, namun penambahan pada masakan menjadikan rasa gurih dan bercita rasa.
Karena efek memabukkan yang dimilikinya, saat ini tanaman kepayang tengah diteliti dan dikembangkan sebagai pembasmi hama di lahan pertanian. Bila kelak penelitian ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan, maka kluwak akan berfungsi ganda yaitu sebagai bumbu masak di dapur dan juga menjadi sahabat para petani di Indonesia.
( dari berbagai sumber )
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung. Maaf komentar akan dimoderasi terlebih dahulu. 🌼🌻🌸