Ketika Sholatku Membelakangi Kiblat

Ini adalah cerita beberapa tahun yang lalu ketika kami sekeluarga pulang dari Palembang. Waktu itu kami menempuh perjalanan darat dengan bis Palembang-Yogyakarta. Berangkat dari Palembang pada pagi hari, kami tiba di Yogyakarta pada besok malamnya. Sholat sewaktu di perjalanan di tempat yang baru disinggahi sudah sering saya alami. Tapi sholat di atas bis yang berjalan baru kali itu saya alami.

Sepanjang perjalanan bis kami berhenti pada siang dan malam hari untuk beristirahat. Penumpang menggunakan waktu istirahat untuk sholat, makan atau keperluan lainnya. Saat bis berhenti siang, kami sholat dhuhur ashar dengan cara jama’ qoshor. Sedangkan maghrib isya’ nya kami lakukan pada saat berhenti malam harinya. Ini masih bisa dilakukan di rumah makan tempat berhentinya bis.



Selepas menyeberang selat Sunda, masuklah waktu subuh. Sesuai perkiraan saya, bis ini tidak berhenti untuk mempersilahkan penumpangnya sholat subuh. Bisa dimaklumi mengingat perjalanan kami yang masih panjang dan sempat mengalami macet sebelumnya. Dan mungkin memang tidak ada jatah untuk berhenti pada waktu dini hari seperti ini. Beruntung sebelumnya saya sudah antisipasi membawa air mineral ke dalam bis. Waktu itu saya belum berpikir untuk tayamum. Saya berkeyakinan selama mudah mendapatkan air, saya pilih wudhu dengan air. Di dalam bis sebenarnya ada toilet, tapi air di baknya itu bekas ( maaf ) cebok para penumpang. Jadi, saya pilih pakai air mineral saja. Cukup dengan usap-usap bagian wudhu, tidak perlu siram-siram, he.

Pada waktu subuh ini bis sudah berada di jalur selatan Jawa menuju Yogyakarta. Artinya bis ini berjalan ke arah timur. Waktu itu kondisinya sangat tidak memungkinkan bagi saya untuk menghadap ke kiblat, sehingga saya sholat menghadap ke arah jalannya bis ( menghadap ke timur ). Ruku' dan sujud saya lakukan dengan membungkuk sebisanya.
Bersyukur akhirnya setelah kewajiban ditunaikan. Hati tenang dan bisa melanjutkan perjalanan dengan lebih nyaman. Bis ini masih berhenti sekali lagi waktu makan siang di Brebes dan kami akhirnya sampai di Yogyakarta sekitar selepas isya'.

Ada rasa prihatin, karena selama perjalanan hanya beberapa penumpang saja yang menjalankan sholat, kebanyakan masih belum ( atau memang tidak berkewajiban ? ). Begitu pun dengan sopirnya. Sejak pemberhentian pertama saya lihat sopir dan asistennya tidak menjalankan sholat ( atau memang tidak berkewajiban ? ). Mereka menggunakan waktu istirahat untuk makan minum, setelah itu perjalanan akan dilanjutkan. Bisa jadi kadar ilmu mereka belum sampai kepada kewajiban sholat. Atau mungkin karena belum tahu banyak kemudahan syariat bagi yang menjalankan sholat dalam perjalanan.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung. Maaf komentar akan dimoderasi terlebih dahulu. 🌼🌻🌸