'MANIS'NYA KULINER YOGYAKARTA DALAM BIDIKAN ASUS ZENFONE


Kalau kita melihat betapa banyak ragam budaya di Indonesia, maka tak heran bila kekayaan kulinernya juga luar biasa. Masing-masing mempunyai keunikan sendiri dari namanya, rasanya dan penampilannya.

Seperti daerah lainnya, Yogyakarta juga mempunyai banyak ragam kuliner yang khas. Dan sebagai penyuka kuliner yang tinggal di Yogya, saya juga sering mendokumentasikan aneka kuliner yang saya temui, apalagi kalau tampilannya unik dan menarik.

Seperti berikut ini, foto sepiring nasi gurih yang saya ambil saat perayaan Sekaten di Yogyakarta setahun lalu.

Nasi gurih ini ( biasa disebut sego gurih ) adalah nasi uduk yang hanya ada pada saat perayaan sekaten. Porsinya kecil saja, dengan lauk daging ayam sesuwir, secuil dadar telur, sejumput kedelai hitam goreng dan kerupuk rambak. Bisa jadi kurang mengenyangkan untuk sebagian orang.
Saya mengenal nasi gurih ini sejak kecil dan komposisinya tidak banyak berubah hingga sekarang.

Kalau ini adalah nasi pecel ( sego pecel ) yang banyak dijual di kawasan Malioboro, tepatnya di sekitaran pintu masuk Pasar Beringharjo.

Nasi pecel ini dijual beserta lauk pelengkapnya seperti bakmi, bacem tempe tahu, sate puyuh, sate udang dan aneka gorengan lainnya. Biasanya pengunjung mampir ke sini untuk sarapan pagi setelah berolah raga atau sambil jalan-jalan di sekitaran Malioboro.

Bicara tentang kuliner Yogyakarta, tak lengkap bila gudeg belum disebut. Walaupun banyak yang menganggap makanan ini terlalu manis ( terutama teman-teman saya yang berasal dari luar Jawa ), tapi gudeg ini telah menjadi ikonnya kota Yogya dan akan selalu dicari untuk menggenapkan kunjungan ke kota ini.

Dan berikut ini adalah bakpia, oleh-oleh favorit para pelancong.

Kini ada ratusan merk bakpia yang ada di Yogyakarta. Kalau dulu bakpia dikenal dengan namanya yang berupa 'nomor' kini merk bakpia sudah sangat beragam. Harganya pun sangat bervariasi, dari yang agak murah hingga mahal. Silahkan dicicip dan dipilih yang sesuai dengan selera teman-teman.

Saat ini, di mana orang sangat mudah mengakses internet menggunakan smartphone, dokumentasi obyek-obyek menarik juga lebih sering memakai smartphone ketimbang kamera saku atau DSLR.
Saya pun demikian, semua foto-foto kuliner di atas, saya ambil dengan ASUS ZenFone 5 Lite, smartphone pertama saya, yang selama 2 tahunan ini menjadi partner setia memotret obyek-obyek menarik baik di rumah atau saat bepergian.

Sebelum memiliki smartphone saya memakai kamera saku untuk membuat foto untuk berbagai keperluan. Dari folder kamera, foto kemudian saya pindahkan ke laptop untuk diedit dan diberi water mark. Dan dari laptop tersebut saya bisa menggunakan foto untuk blogpost atau berbagi ke media sosial.
Sejak memiliki ASUS ZenFone, proses tersebut menjadi lebih simpel. Saya langsung bisa memotret, mengedit dengan berbagai aplikasi di smartphone dan meng-uploadnya.

Salah satu alasan saya memilih ASUS ZenFone adalah fitur kameranya yang mumpuni. Dengan teknologi PixelMaster Camera, smartphone ASUS mampu menghasilkan gambar yang bagus dan berkualitas meskipun foto diambil pada cahaya yang kurang memadai.
PixelMaster adalah teknologi yang dikembangkan oleh ASUS yang menggabungkan antara software, hardware dan desain lensa untuk mendapatkan kualitas gambar yang mengagumkan.

Selain itu ASUS ZenFone juga memberikan kemudahan bagi kita untuk berkreasi dengan berbagai mode pemotretan dan penggunaan setting manual yang mudah. Dari menu kamera kita bisa memilih mengatur secara manual ( manual setting ) atau menggunakan berbagai mode pemotretan yang ada.
sumber : screenshot ASUS ZenFone

Pada mode manual kita dapat mengatur keseimbangan putih, tingkat pencahayaan, ISO, resolusi dan berbagai pengaturan kamera lainnnya sesuai keinginan.

Dan ini adalah beberapa mode pemotretan di ASUS ZenFone :
sumber : screenshot ASUS ZenFone
Berbagai mode pemotretan ini memberikan pengalaman fotografi yang unik bagi mereka yang ingin berkreasi dengan foto memakai hape pintar ini. Saya sendiri belum mencoba semua mode tersebut, tapi beberapa di antaranya sering saya gunakan. Berikut ini contohnya :

Auto ( Mode Otomatis )

Pada mode ini, pengaturan ISO, pencahayaan, white balance, semua diatur otomatis oleh kamera. Kita tinggal arahkan kamera dari sudut terbaik hingga fokus dan tinggal 'klik' saja.
Saya sering memakai mode ini pada tempat yang terang ( kaya cahaya ), misalnya saat memotret pada siang hari yang cerah.

HDR ( High Dynamic Range )
Fitur ini akan mengambil gambar dengan tingkat cahaya normal, tingkat cahaya kurang dan tingkat cahaya lebih, yang kemudian diolah menjadi foto dengan tingkat pencahayaan terbaik dan natural. Fitur ini memungkinkan kita mengambil gambar obyek yang membelakangi sumber cahaya dengan lebih jelas.

ASUS ZenFone menunjukkan kepintarannya saat kita memilih mode pemotretan yang kurang tepat. Biasanya di layar secara otomatis akan muncul ikon yang menawarkan mode pemotretan yang lebih cocok. Contohnya : saat kita memotret obyek yang kurang cahaya dengan menggunakan mode otomatis, maka di layar akan muncul ikon bergambar burung hantu yang artinya menyarankan kita untuk menggunakan mode cahaya redup.

Depth of Field ( Kedalaman Bidang )
Depth of field atau kedalaman bidang memberikan hasil foto dengan obyek dekat menjadi jelas dengan latar belakang yang blur layaknya foto yang diambil dengan kamera DLSR.
Untuk mode ini penting sekali untuk menjaga kamera tetap stabil ( sekitar 3 detik ) sejak tombol kamera ditekan. Kalau kamera bergerak maka fokus akan bergeser ke obyek lainnya dan hasilnya mungkin tidak sesuai keinginan kita. Saya kadang harus selalu berkali-kali mengulang untuk bisa mendapatkan gambar yang paling oke. Tapi kalau teknik kita benar, hasilnya memang memuaskan, seperti gambar-gambar yang diambil oleh food fotografer beneran, he.

Miniature ( Mode Miniatur )
Hampir sama hasilnya dengan mode Depth of field, hanya bedanya, pada mode ini kita sendiri yang mengatur luas gambar yang akan dibuat fokus. Begitu juga dengan tebal atau tipis efek 'blur'nya, bisa diatur sesuai keinginan kita. Area yang menjadi fokus bisa berbentuk lingkaran atau memanjang. Mode ini lebih mudah diterapkan untuk sekedar mendapatkan obyek yang fokus dengan gambar di sekitarnya blur. Saya sendiri lebih menyukai hasil foto Depth of Field untuk kesan blur dan keseluruhan gambar yang dihasilkan.

Kamera profesional tentunya akan memberikan hasil yang lebih baik. Tetapi bagi saya yang memang bukan fotografer profesional, jepretan Asus Zenfone sudah sangat membantu saya mendapatkan foto yang bagus. Dan keberadaan Asus Zenfone ini cukup meredam keinginan saya yang sejak dulu sangat kepengen membeli kamera DSLR. Dan semoga rencana ke depan saya terwujud, yaitu memiliki ASUS ZenFone dengan kapasitas baterai yang lebih besar, agar aktivitas memotret dengan smartphone semakin menyenangkan.

Artikel ini diikutsertakan pada Blogging Competition Jepret Kuliner Nusantara dengan Smartphone yang diselenggarakan oleh Gandjel Rel.

sumber :
www.asus.com
pengalaman pribadi

14 comments:

  1. Sego pecele ana urange Mbak, seger tenan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dan bagian udang itulah yg menjadi penyemangat saya makan pecel, he ..

      Delete
  2. Ke Jogja kok nggak beli bakpia itu rasanya seperti ada yang kurang, Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Mbak. Luwes sekali bakpia ini jadi bawaan pulang.

      Delete
  3. Jogja ga ada matinya, apapun itu ttp enak d nikmati.suasana budaya jg mendukung banget.nasi gudeg, kopi joss...huhuhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Di tengah pembangunan fisik yang luar biasa, semoga kultur budayanya tetap terjaga.

      Delete
  4. Hasil fotonya bagus ya, terasa ada sentuhan profesional :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mas. Jadi bisa belajar 'food fotografer' pakai smartphone.

      Delete
  5. Replies
    1. Kuliner nusantara kita memang selalu menggoda ya, Mbak.

      Delete
  6. Hasil jepretannya keren, itu makanan aku tertarik sama udangnya, yah yah, jadi laper deh..he

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keberadaan udang di penjual pecel ini memang menjadi daya tarik tersendiri. Jadi tambah semangat makan pecelnya.

      Delete
  7. Meski terasa manis, gudeg Jogja selalu ngangeni. Arehnya itu looohh...gurihe pooolll ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mbak, gudeg ini dominan manis dan gurihnya. Yang jadi penyeimbangnya ya sambel goreng kreceknya itu, pedas pol biasanya, he ..

      Delete

Terima kasih telah berkunjung. Maaf komentar akan dimoderasi terlebih dahulu. 🌼🌻🌸