Berdering
handphoneku pagi ini, sebuah panggilan masuk dari sahabatku saat kuliah dulu. Bila dibandingkan dengan teman-teman lain persahabatan kami terus terjalin hingga
sekarang. Paling tidak kami selalu saling miscall atau sms menanyakan kabar.
“Eh, aku sudah melahirkan lho” katanya.
“Oh ya, alhamdulillah” jawabku. Sedikit malu juga
karena beberapa waktu terakhir aku tak pernah menanyakan kabarnya. Kabar
tentang kehamilannya. Kehamilan anak pertama yang sangat dinanti-nantikannya.
“Nanti
kamu kesini ya” pintanya. Tumben dia meminta dengan penuh harap. Jarang sekali
dia bersikap demikian. Walaupun dia anak bungsu tapi selama ini dia adalah seorang anak yang
mandiri.
“Ya,
semoga bisa ya” jawabku agak ragu. Kupikir pada hari libur seperti ini kegiatan
di bangsal sangatlah padat. Dia memintaku untuk mengantarnya ke ruang perawatan
bayinya. Tentunya akan lebih banyak menghabiskan waktu, jadi permintaannya
tidak kusanggupi dengan sepenuh hati.
Beruntung
siang harinya aku punya waktu senggang. Langsung menuju ruang perawatan bayi
karena dia sudah berada disana. Dan benar saja, langsung kukenali dia, duduk
menunggui seorang bayi mungil di ruang intensif. Kusapa dia dan sempat kulihat
bekas air matanya yang belum kering. Sudah pasti dia baru saja menangis.
Kualihkan pandanganku kepada bayi yang yang ada di depan kami. Seorang bayi
mungil terbaring lemah dalam sebuah inkubator, dengan alat medis terpasang di
tubuhnya. Jari kecilnya terlihat kebiruan. Monitor rekam jantung dan saturasi
oksigen menempel di tubuhnya. Bayi mungil ini tidak seperti bayi normal
lainnya. Sebuah pemandangan yang akan membuat ibu manapun akan menangis. Inilah
kiranya yang membuat dia ingin segera bertemu dengan kami. Banyak yang ingin
dia ungkapkan tetapi tidak bisa dia katakan. Ini adalah anak pertamanya. Bisa
kurasakan kepedihan hatinya.
Eibstein’s Anomaly, itulah kelainan yang diderita oleh bayi mungil ini. Kelainan katup pada sisi jantung kanan menyebabkan kerja jantung tidak maksimal. Penurunan curah jantung kanan menyebabkan turunnya pengambilan oksigen di paru. Dia harus bernapas lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuhnya. Selain itu, terjadinya regurgitasi darah dari bilik kanan ke serambi kanan menyebabkan atrium membesar. Kelainan dengan derajat ringan prognosisnya cukup baik dengan harapan hidup yang besar, namun pada derajat berat prognosisnya menjadi buruk. Terlebih bila muncul komplikasi yang memperburuk kondisi. Tapi itu ilmu manusia. Ada ilmu Allah di atas ilmu manusia. Keimanan inilah yang akan menumbuhkan harapan. Dan keyakinan inilah yang harus selalu kami pelihara.
Eibstein’s Anomaly, itulah kelainan yang diderita oleh bayi mungil ini. Kelainan katup pada sisi jantung kanan menyebabkan kerja jantung tidak maksimal. Penurunan curah jantung kanan menyebabkan turunnya pengambilan oksigen di paru. Dia harus bernapas lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuhnya. Selain itu, terjadinya regurgitasi darah dari bilik kanan ke serambi kanan menyebabkan atrium membesar. Kelainan dengan derajat ringan prognosisnya cukup baik dengan harapan hidup yang besar, namun pada derajat berat prognosisnya menjadi buruk. Terlebih bila muncul komplikasi yang memperburuk kondisi. Tapi itu ilmu manusia. Ada ilmu Allah di atas ilmu manusia. Keimanan inilah yang akan menumbuhkan harapan. Dan keyakinan inilah yang harus selalu kami pelihara.
Setelah cukup kami bertemu, akupun berpamitan untuk
kembali melanjutkan pekerjaanku.
“Maafkan aku ya, selalu merepotkan kalian, aku
sebenarnya hanya ingin minta do’a dari kalian” ucapnya ketika kami berpamitan.
Sahabatku,
kau tidak perlu meminta maaf. Kami yang seharusnya meminta maaf. Sebenarnya
kamilah yang harus lebih peduli. Seharusnya akulah yang menanyakan hal
ikhwalmu. Seharusnya aku tahu bahwa sejak kandunganmu berusia tujuh bulan,
sudah terdeteksi kelainan itu.
Seperti
janji yang dulu biasa kita ucapkan dulu bahwa kita akan selalu saling mendoakan. Aku akan selalu mendo’akan
kebaikan untukmu. Kebaikan dalam arti yang sesungguhnya. Bukan kebaikan menurut
ukuran manusia, di mana semua harus sesuai dengan keinginannya. Kebaikan yang
sesungguhnya adalah ketika kita selalu di jalan-Nya apapun yang terjadi. Pun
bila itu tidak sesuai dengan harapan kita. Inilah cara-Nya menyayangi kita.
Kita dapat menjadikan semua yang terjadi dalam hidup ini sebagai ladang pahala.
Sebagai sarana untuk lebih dekat dengan-Nya.
Tetapi mewujudkannya tentu tidak semudah itu. Tidak semudah ketika tangan ini menuliskannya …
Tetapi mewujudkannya tentu tidak semudah itu. Tidak semudah ketika tangan ini menuliskannya …
( semoga
bisa diambil hikmah oleh para teman dan sahabat )
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung. Maaf komentar akan dimoderasi terlebih dahulu. 🌼🌻🌸